![]() |
Sejarah Kebaya Janggan (Foto: Instagram/@netflixid) |
PEMUKA RAKYAT - Serial Netflix Indonesia pertama Gadis Kretek mampu mencuri perhatian banyak pihak lantaran cerita yang dikemas menarik dan unik serta bertabur bintang kawakan.
Selain pemain dan cerita yang mampu menarik minat berbagai kalangan, pakaian yang dikenakan Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Darsiyah juga mampu menarik perhatian publik. Kebaya yang pakainya mampu membuatnya terlihat anggun dan juga elegan.
Pakaian kebaya tersebut ternyata memiliki makna tersendiri yang cukup mendalam. Berikut ini Tim Pemuka Rakyat merangkum sejarah kebaya janggan yang dikenakan Dian Sastrowardoyo di Serial Gadis Kretek
Kebaya Janggan sendiri muncul sekitar tahun 1830an saat perang Diponegoro hampir berakhir. Desainnya sendiri memang mengadopsi dari model seragam militer Eropa pada masa itu. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk kerahnya yang tinggi hingga ke bagian leher.
Sekilas jika dilihat, Kebaya Janggan akan menyerupai surjan atau jas khas Laki-laki Jawa yang memiliki kerah tegak. Namun Kebaya satu ini merupakan pakaian khusus Perempuan.
Baca Juga: Simak 4 Unsur Pimpinan Penghulu di Minangkabau
Kata Janggan sendiri berasal dari kata jangga dalam bahasa Jawa yang berarti leher. Kebaya Janggan biasanya digunakan perempuan keraton yang berprofesi sebagai abdi dalem. Karena itu pula lah yang menyebabkan kebaya ini tidak terlalu populer dan jarang diketahui oleh kalangan masyarakat.
Janggan sendiri umumnya menggunakan warna hitam yang menggambarkan karakter ketegasan, kesederhanaan, kedalaman dan juga ketakwaan.
Kebaya satu ini cukup populer dipakai oleh perempuan keraton. Beberapa tokoh pada masanya juga kerap menggunakan kebaya Janggan untuk bepergian salah satunya adalah Ibu Ratna Ningsih. Ia sendiri merupakan Istri pangeran Diponegoro. Ia selalu mengenakan kebaya janggan ketika mendampingi sang suami untuk berjuang melawan penjajah Belanda.
Saat ini Kebaya Janggan masih digunakan oleh para abdi dalem perempuan keraton. Biasanya para abdi dalem akan mengenakan kebaya janggan ketika menabuh gamelan ataupun saat menjadi sinden dalam sebuah pertunjukan.
Kebaya janggan yang berwarna hitam kerap dipadukan dengan kain berwarna hitam pulang baik polos maupun motif. Namun, kain yang digunakan tidak diperbolehkan menggunakan bahan brokat. Warnanya juga melukiskan sebuah keindahan, kesucian kaum Perempuan Keraton serta perempuan Jawa.
Baca Juga: Sifat dan Makna Pakaian Penghulu di Minangkabau
Dikutip dari International Journal berjudul “Kajian Etnolinguistik Busana Kebaya Janggan Hitam Khas Keraton Yogyakarta” yang ditulis oleh Mia Daniar dan Widhyasmaramurti menjelaskan jika kebaya janggan berwarna hitam memuat tata nilai kompleks yang mencerminkan adanya proses akulturasi Nilai-nilai Islam pada budaya berpakaian lingkungan keraton Yogyakarta.
Di lingkungan Keraton Yogyakarta sendiri, busana keraton tidak hanya sebatas kebutuhan estetis semata namun juga sebagai media komunikasi yang biasanya berhubungan dengan moral, spiritual serta sosial.
Biasanya yang boleh memakai janggan hitam terdiri dari abdi dalem keparak, wiyaga putri, pesinden, serta abdi dalem punakawan Perempuan yang bertugas.
Tak semua abdi dalem boleh mengenakan kebaya janggan, bahkan ketika Keraton sedang ada acara Dalem Ngabekten sekalipun, abdi dalem Keparak berpangkat magang dan jajar belum boleh mengenakan pakaian ini.
Dengan adanya serial Gadis Kretek diharapkan dapat menumbuhkan tren Perempuan berkebaya. Lebih lagi banyak beberapa Selebriti yang Akhir-akhir ini ikut mengenakan pakaian satu ini.
Kebaya Janggan sendiri keseluruhannya memiliki 21 buah kancing. Kancing tersebut tersebar letaknya. dibagian ujung atas atau bagian leher dengan pola sejajar terdapat 6 buah kancing. Sementara itu, di bagian dada atas terdapat 2 buah kancing yang posisinya sangat mudah untuk dilihat.
Lalu pada bagian depan seperti baju pada umumnya, terdapat 3 buah kancing yang posisinya tersembunyi namun fungsinya untuk mengaitkan dua sisi. Kemudian pada bagian pergelangan tangannya terdapat 5 buah kancing di masing-masing lengan kanan dan juga kiri.
Kelima kancing tersebut dipasang terbuka dan berfungsi sebagai aksesoris semata. Namun secara simbolis kelima kancing tersebut memiliki makna tersendiri. Peletakan dan jumlah kancing pada kebaya ini memiliki makna filosofi tersendiri.***
Editor: Fredi A.