Simak Kisah Akhir Hidup Sultan Hamengkubuwono V
PEMUKA RAKYAT - Sri Sultan Hamengkubuwono ke V merupakan Sultan kelima yang ada pada Kesultanan di Yogyakarta.
Dirinya lahir pada 24 Januari 1820 dan memiliki nama asli Gsusti Raden Mas Gathot Menol dan dianugerahi gelar Pangeran Mangkubumi Hamengkubuwono V.
Sultan Hamengkubowono V merupakan putra dari Sultan Hamengkubuwono IV dari permaisurinya yang bernama Gusti Kanjeng Ratu Kencono.
Hamengkubuwono IV memimpin kesultanan Yogyakarta pada tahun (1814 sampai 1822). Beliau naik tahta sebagai Sri Sultan pada 9 November 1814 tepat ketika dirinya berusia 10 tahun.
Selama memimpin Yogyakarta, Hamengkubuwonono IV dibantu oleh wali raja karena usianya masih sangat belia. Salah satu wali raja bernama Pangeran Notokusumo yang memiliki gelar Paku Alam I.
Baca juga: Fakta Kapal Pinisi: Sejarah Singkat, Arti Nama, Jenis, Proses Pembuatan hingga Karakteristik
Hamengkubuwono IV dibantu Wali Raja sampai akil baligh pada usia 16 Tahun tepatnya pada 1820. Setelah wafat pada 1822, tongkat kepemimpinan kesultanan Yogyakarta diwariskan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono V.
Sang Sultan naik tahta kesultanan saat masih berusia 3 tahun, karena arena masih balita, Dirinya dibantu oleh wali raja yakni Ratu Ageng selaku neneknya yang merupakan Ibu dari Ratu Kencono dan masih saudara kakeknya yakni Pangeran Mangkubumi serta saudara ayahnya yang bernama Pangeran Diponegoro.
Akan tetapi, Belanda menurunkan tahta Hamengkubuwono V dari tahtanya pada Tahun 1826 dan mengangangkat kembali Hamengkubwono II.
Setelah kembali memimpin kesultanan Yogyakarta, Hamengkubuwoni II dikenal sebagai raja yang keras kepala, tidak mengenal kompromi dan sangat kejam kepada rekan sendiri.
Baca juga: Fungsi Rumah Gadang di Minangkabau
Kontroversinya pada masa kepemimpinan periode pertama yang banyak pergolakan politik, perubahan rezim kolonial dari Belanda (VOC), Perancis, Inggris menyebabkan eskalasi konflik begitu tajam diantara penguasa kolonial dan penguasa jawa terus berlanjut hingga periode dua kepemimpinannya.
Setelah Hamengkubuwono II Wafat pada 1828, Hamengkuwbowono V kembali naik singgasana.
Selama memimpin kesultanan Yogyakarta, Hamengkubuwono V tidak mendapatkan dukungan dan bantuan penuh dari keraton dan warga Yogyakarta karena sangat patuh terhadap Belanda dan banyak sekali kerugian yang dialami masyarakat.
Ada banyak sekali tanah-tanah keraton yang disewakan kepada pihak Eropa, melambungnya pajak kepada masyarakat, masyarakat Yogyakarta dihantam wabah kolera, banyak sekali daerah yang gagal panen sampai terlibat perang dengan Diponegoro.
Hamengkubuwono V sering dihadapkan oleh niat kudeta dari adik-adiknya yang ingin mengambil tahta kerajaanya. Berikut ini Tim Pemuka Rakyat merangkum kisah tragis Sultan Hamengkubuwono V yang tewas di tangan selir kesayangannya.
Baca juga: Pimpinan Cadiak Pandai di Minangkabau
Awal mula petaka dari Hamengkubuwono V, ditengah sulitnya kondisi politik pada saat itu sang Sultan memutuskan untuk mencari pelampiasan dalam dunia percintaan. Sangat banyak selir yang dimilikinya dan yang paling disayang adalah selir ke 5 yang memiliki nama Kanjeng Mas Hermawati.
Kedua pasangan tersebut resmi menikah pada Tahun 1842. Setelah pernikahan yang berusia 13 Tahun, Hamengkubuwoni V dinyatakan Tewas pada Tahun 1855.
Tragisnya, kematian Hamengkubuwono V ditangan istrinya sendiri. Sampai hari ini, tidak ada yang mengetahui alasan dibalik Kanjeng Mas Hemawati tega membunuh sang suami.
Peristiwa mencekam ini sangat ditutup informasinya oleh pihak keraton Yogyakarta.
Kematian dari Hamengkubuwono V ini memiliki sebutan Wereng Saketi Tresno yang berarti mati ditangan orang yang dicintainya.
Kematian Hamengkubuwono V tewas, Kanjeng Hemawati melahirkan seorang anak. Seharusnya, anak tersebut menjadi pewaris tahta Hamengkubuwono V namun tidak memiliki persetujuan dari berbagai pihak kraton karena kontroversi dalam merebut tahta kekuasaan Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengkubuwono V dimakamkan di Astana Besiyaran, Pajimatan, Imogiri. Tahta kesultanan Yogyakarta turun ke Adiknya yang bernama Raden Mas Mustojo dan memiliki gelar Sri Sultan Hamengkubuwono VI karena Sultan Hamengkubuwono tidak berputra.***
Editor: Zumrotun N.