Nyamuk Wolbachia (Foto: Pemuka-Rakyat.com)
PEMUKA RAKYAT - Nyamuk Wolbachia dipercaya dapat menurunkan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Bahkan teknologi satu ini sudah dilakukan di beberapa negara dan hasilnya terbukti mampu mencegah demam berdarah.
Beberapa negara yang diketahui pernah melakukan teknologi ini di antaranya Brasil, Australia, Fiji, Vietnam, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Kemudian Indonesia akan mengikuti kesembilan negara tersebut. Penyebaran nyamuk Wolbachia ini disebut sebagai pilot project di Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan di lima kota seperti Semarang, Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Penyebaran nyamuk yang sudah disuntik dengan bakteri wolbachia ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1321 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi dari penanggulangan dengue. Sayangnya penyebaran nyamuk satu ini masih menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat juga memberikan respon penolakan terhadap project Kemenkes satu ini.
Lantas apa itu nyamuk wolbachia? Berikut ini Tim Pemuka Rakyat merangkum pro kontra dari penyebaran nyamuk satu ini.
Baca Juga: Fakta dan Manfaat Pohon Tabebuya yang Tumbuh di Pinggir Jalan Mirip Bunga Sakura
Pro kontra penyebab nyamuk demam wolbachia
Kementerian Kesehatan RI tengah merencanakan untuk menyebarkan nyamuk wolbachia yang dapat mencegah penyakit demam berdarah dengue atau DBD.
Di balik penyebaran nyamuk satu ini banyak sekali pro kontra yang bermunculan di masyarakat.
Menurut hasil studi dari AWED menunjukkan jika nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntik dengan bakteri wolbachia dapat menurunkan kasus dengue bahkan hingga sebesar 77,1 persen. Tak hanya itu, kelebihan dari nyamuk ini juga dapat menurunkan angka rawat inap dengue sebesar 86 persen.
Berdasarkan pada penelitian tersebut, akhirnya banyak Negara tetangga yang menerapkan World Mosquito Program atau WMP. Di mana itu merupakan teknologi Wolbachia yang digunakan untuk mengendalikan dengue dan telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.
Kemudian hasil penelitian UGM yang telah mengumpulkan sampel darah di area intervensi Bantul sebelum serta pasca establishment Wolbachia pada 2025 lalu, serta pemeriksaan ELISA untuk antibodi Wolbachia (anti-Wolbachia Surface Protein/WSP).
Baca Juga: Mengenal Tanaman Tabebuya yang Mekar Setiap Bulan Oktober
Selain efektif menurunkan penularan virus dengue, nyamuk wolbachia juga dinilai paling relatif aman dan tidak memiliki efek samping serta tidak merugikan. Terlebih, teknologi satu ini dinilai menggunakan biaya pengendalian yang dianggap paling ringan.
Terkait penyebaran nyamuk wolbachia ini, kurang lebih Setidaknya ada 88% masyarakat di Kota Yogyakarta menerima, 95% di Kabupaten Sleman dan 90% di Kota Bantul.
Namun di balik semua pro dari nyamuk Wolbachia, ada juga kontra dalam penyebaran virus satu ini.
Penyebaran nyamuk wolbachia dinilai kurang transparansi dari pihak pemerintah dan keterlibatan masyarakat dalam proses uji coba serta implementasi metode masyarakat. Hal tersebut membuat banyak warga yang merasa ragu dan takut akan penyebaran nyamuk tersebut.
Selain itu, dikabarkan sebelumnya jika nyamuk wolbachia memiliki potensi pandemi aru yang disebabkan oleh nyamuk tersebut.
Baca Juga: Mengenal Tanaman Kunyit dengan Sejuta Manfaatnya
Selain itu, masyarakat juga mengalami kekhawatiran akan efek lingkungan seperti adanya perubahan pola rantai makanan yang bisa berdampak pada keberlanjutan ekosistem jangka panjang.
Sementara itu menurut Peneliti WMP Yogyakarta, dr Riris Andono Ahmad menyebutkan tingkat resiko yang bisa dihasilkan dari penyebaran nyamuk wolbachia bagi manusia dan lingkungan sendiri cenderung rendah.
Itulah beberapa pro dan kontra dari penyebaran nyamuk wolbachia yang akan dilakukan oleh pemerintah. ***
Editor: Fredi A.