![]() | |
|
Erupsi Gunung Marapi juga mengakibatkan hujan abu vulkanik di sekitar kaki lereng gunung. Kini, jalur pendakian Gunung Marapi ditutup oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. Penutupan jalur dilakukan untuk menghindari kemungkinan terburuk, seperti bertambahnya korban jiwa akibat erupsi.
Gunung Marapi merupakan gunung berapi paling aktif di Sumatra Barat, yang terletak di perbatasan Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar.
Di balik peristiwa erupsi, Gunung Marapi memiliki keindahan alam yang sangat memesona. Tidak hanya itu, Gunung Marapi juga berkaitan erat dengan sejarah asal-usul Minangkabau beserta kebudayaannya. Berikut ini Tim Pemuka Rakyat merangkum fakta menarik di balik sejarah Gunung Marapi:
1. Cikal Bakal Lahirnya Masyarakat Minangkabau
Sejarah Gunung Marapi memiliki kaitan erat dengan asal muasal Budaya Minangkabau. Gunung Marapi merupakan bagian dari pegunungan bukit barisan yang pertama kali dihuni oleh orang Minangkabau.
Baca Juga: Profil dan Sejarah Kota Muntilan yang Disebut Sebagai Kota ‘M’ dalam Serial Gadis Kretek
Berdasarkan kisah yang beredar, orang Minangkabau telah menetap di Gunung Marapi sejak ukurannya sekecil telur dan dikelilingi oleh air. Menurut Tambo adat Minangkabau, peradaban etnis Minangkabau bermula dari nenek moyang orang Minang yang berlabuh di puncak Gunung Marapi.
Zaman dahulu, daerah Sumatera Barat pernah mengalami banjir yang sangat besar, sehingga membuat masyarakat mencari daerah yang tidak tergenang air. Dengan menggunakan perahu besar, mereka menyusuri punggung gunung hingga sampai di Nagari Pariangan.
Letak Nagari Pariangan sendiri berada di Lereng Gunung Marapi pada ketinggian 500-700 MDPL. Setelah bermukim lereng tersebut, orang Minang mulai menyebar ke tiga tempat yang berbeda-beda yang sering disebut Luhak nan Tigo. Penyebaran tersebut dilakukan karena jumlah penduduk yang semakin banyak sehingga harus bermigrasi.
Legenda tersebut diyakini sebagai cikal bakal lahirnya masyarakat Minangkabau dengan segala adat istiadat budaya yang dimilikinya.
2. Simbol Kebudayaan Minangkabau
Gunung Marapi sendiri menjadi simbol kebudayaan Minangkabau. Selain itu, juga menjadi simbol pemersatu budaya dari bebarapa daerah di Gunung Marapi.
Baca Juga: Fungsi Rumah Gadang di Minangkabau
Sebagai simbol budaya, kata Gunung Marapi kerap kali terdengar dalam lagu tradisional Minangkabau serta pantun adat Minangkabau. Dalam buku “Khutub Khasanah” yang ditulis sekitar awal abad 1 M, menyebutkan sebuah wilayah perlintasan khatulistiwa memang terkenal dengan banyaknya masyarakat yang ahli syair dengan mutu tinggi.
Hingga saat ini, syair tetap diwarisi sebagai tradisi dalam bentuk karya sastra yang unik. Syair tersebut antara lain, puisi tradisional Minangkabau dalam bentuk mamang, pantun, gurindam, mantra, pepatah, bidal, dan sebagainya.
Gunung Marapi juga terdapat sejumlah batu besar berbentuk tugu untuk penguburan atau yang sering disebut Menhir. Letak Menhir berorientasi di wilayah yang menghadap Gunung Marapi.
Seperti halnya rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang juga menghadap Gunung Marapi. Orientasi arah setiap bangunan bersejarah di Gunung Marapi mencerminkan eratnya makna kebudayaan Minangkabau.
3. Kawasan Gunung Marapi
Tepat di bagian Timur gunung, terdapat hutan yang menjadi kawasan terlarang. Setiap pendaki dilarang memasuki kawasan tersebut, atau yang lebih dikenal dengan hutan larangan. Bagi yang melanggar aturan tersebut dapat dipastikan akan sulit kembali. Kawasan hutan larangan diyakini sebagai tempat orang bunian.
Lokasi hutan larangan sangat berdekatan dengan kawasan tumbuhan bunga edelweis yang indah. Bunga yang memiliki warna kuning kehijauan ini selalu tumbuh mekar dan harum di pegunungan.
Dikenal sebagai gunung berapi, Gunung Marapi memiliki satu kawah yang aktif dan satu kawah yang tidak aktif. Dari daerah kawah yang masih aktif ini sering terlihat kepulan asap putih dan berbau belerang.
Tiupan angin yang cukup kencang juga dapat dirasakan di kawasan tersebut, terlebih di puncak gunung gundul dan botak. Laju angin sulit meredam karena tidak adanya vegetasi atau tumbuhan besar.
Gunung dengan ketinggian 2891 MDPL ini juga memiliki telaga yang terbentang indah. Namun, telaga tersebut sangat jarang didekati pendaki karena berada di dekat kawasan hutan larangan.
Pada bagian puncak Gunung Marapi terdapat lapangan dengan pasir warna kehitaman yang sangat luas, namun terdapat banyak bebatuan. Pasir tersebut berasal dari muntahan sisa material vulkanik pada saat erupsi.
Baca Juga: Gunung Semeru Kembali Erupsi: Warga Pronojiwo Mengungsi
Tugu yang dikenal dengan nama tugu Abel juga turut menghiasi bagian puncak. Tugu Abel dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Abel Tasman yang menghilang puluhan tahun lalu.
Di kawasan Gunung Marapi juga terdapat tempat peristirahatan Bung Hatta yang berupa bangunan tua. Letaknya sekitar 200 meter dari pintu masuk. Selain itu, ada bangunan tua bersejarah yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Kini, rumah tersebut hanya tersisa bagian dinding, pondasi serta cerobong asap.
Nahh, itu tadi merupakan kisah sejarah di balik Gunung Marapi yang baru saja mengalami Erupsi. Semoga Gunung Marapi lekas membaik.***
Editor: Fredi A.