Pengungsi Rohingya Menimbulkan Polemik di Indonesia
PEMUKA RAKYAT - Kedatangan pengungsi Rohingya yang terus-menerus, membuat kegaduhan di media sosial. Pasalnya, adanya aksi agen penyelundupan yang meraup keuntungan sebanyak 3,3 Miliyar Rupiah dari Indonesia.
Berdasarkan lama resmi Wakil Presiden Republik Indonesia, pemerintah Indonesia mencatat jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia per Senin (4/12) tercatat sebanyak 1.487 orang.
Beberapa warga di berbagai wilayah, termasuk Aceh, Riau, dan Medan, menunjukkan penolakan terhadap kedatangan pengungsi Rohingya yang berencana untuk mencari perlindungan.
Berikut adalah rangkuman lengkap informasi yang telah disusun oleh Tim Pemuka Rakyat untuk Anda.
Baca juga: Alasan Mengapa Pengungsi Rohingya Ditolak oleh Warga Aceh
Awal Mula Pengungsi Rohingya
Rohingya, sebagai etnis Muslim, telah mendiami Myanmar selama bertahun-tahun. Mereka merupakan kelompok minoritas karena mayoritas penduduk Myanmar menganut agama Buddha.
Akhir Agustus 2017, lebih dari 671.000 pengungsi etnis Rohingya Muslim melarikan diri dari Myanmar akibat kekerasan militer.
Meskipun kekerasan sudah terjadi sebelumnya, masyarakat Indonesia awalnya menerima pengungsi Rohingya karena adanya persaudaraan sesama Muslim.
Respons awal melibatkan aksi simpati dan unjuk rasa di depan Kedubes Myanmar di Jakarta pada September 2017.
Baca juga: Alasan Warga Aceh Menolak Kedatangan Pengungsi Rohingya
Ribuan orang, termasuk Ormas seperti FPI, IMM, Pemuda Bulan Bintang, dan GPMI, menggelar demonstrasi damai menuntut pemutusan hubungan diplomatik Indonesia dengan Myanmar.
Tuntutan juga mencakup desakan agar Myanmar menghentikan diskriminasi dan pembantaian terhadap Rohingya, mengakui mereka sebagai warga negara, dan memastikan kesejahteraan mereka.
Presiden Joko Widodo mengirim Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Myanmar untuk membahas krisis kemanusiaan Rohingya.
Sebelumnya, pada Desember 2016, Presiden Jokowi menandatangani Perpres No. 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri, menetapkan penanganan pengungsi melalui kerja sama dengan PBB dan organisasi internasional di bidang migrasi atau kemanusiaan.
Baca juga: Fakta Kapal Pinisi: Sejarah Singkat, Arti Nama, Jenis, Proses Pembuatan hingga Karakteristik
Awalnya diterima, namun perilaku pengungsi Rohingya membuat geram warga local
Di media sosial, perilaku pengungsi Rohingya di Indonesia, terutama di Aceh, menarik perhatian. Awalnya, masyarakat Aceh dikenal ramah terhadap pengungsi, mengingat latar belakang kekerasan di Myanmar.
Namun, baru-baru ini, sikap masyarakat berubah drastis karena sejumlah pengungsi Rohingya tercatat melakukan perilaku tidak baik.
Warga Aceh geram atas tindakan merusak tenda pengungsian dan pengusiran sebagian imigran Rohingya.
Alasan di balik aksi keras ini adalah perilaku buruk pengungsi, seperti membuang bantuan yang diterima ke laut dan mencoba melarikan diri dari pengungsian.
Hal ini menyebabkan ketidakpuasan di kalangan warga Aceh, yang merasa perilaku tersebut tidak sejalan dengan kedatangan pengungsi yang seharusnya menjadi tamu.
Meluasnya permasalahan pengungsi Rohingya
Permasalahan pengungsi Rohingya tidak hanya terbatas pada perilaku buruk, tetapi juga melibatkan penyelundupan dan sindikat perdagangan manusia.
Berdasarkan laporan Antara (7/12/2023), Polres Pidie mengungkap adanya agen penyelundupan yang meraup keuntungan hingga Rp3,3 miliar dari imigran Rohingya yang dibawa ke perairan pantai Kabupaten Pidie.
Menurut Kapolres Pidie, AKBP Imam Asfali, bayaran yang harus dibayar oleh para pengungsi bervariasi, mulai dari Rp7 juta untuk anak-anak hingga Rp14 juta untuk orang dewasa.
Agen ini berhasil terungkap setelah penangkapan Husson Muktar, pria asal Bangladesh.
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (8/12/2023) melaporkan bahwa Presiden Joko Widodo mencatat adanya dugaan kuat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) terkait lonjakan pengungsi Rohingya di Indonesia, khususnya di Aceh.
Presiden menegaskan komitmen pemerintah untuk menindak tegas pelaku TPPO yang terlibat dalam arus pengungsian ini.
Selain itu masyarakat juga membuka suara kepada pemerintah untuk dapat menyelesaikan permasalahan pengungsi Rohingya ini setuntasnya.
Karena pengungsi Rohingya semakin melunjak dan menjadi-jadi membuat masyarakat tidak terima dengan segala bantuan yang diberikan.
Bukan mengenai tidak memiliki empati, namun masyarakat menganggap bahwa banyak masyarakat Indonesia yang lebih membutuhkan perhatian dari negara sendiri.
Demikianlah informasi mengenai pengungsi Rohingya yang menimbulkan beberapa polemic. Menurut Sobat Pemuka Rakyat, bagaimana?***
Editor: Zumrotun N.