Kasus Bullying Terhadap Anak SD di Sukabumi (Foto: Pemuka-Rakyat.com)
PEMUKA RAKYAT - Seorang anak kelas 3 SD di Sukabumi mengalami patah tulang akibat tindakan pembullyan yang Ia alami di sekolah.
Kasus tersebut baru terungkap setelah tujuh bulan pihak sekolah berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya. Awalnya pihak sekolah hanya mengatakan kepada orang tua korban bahwa kejadian tersebutt terjadi karena kecelakaan yang tidak disengaja.
Saat ini kasus tersebut tengan menjadi sorotan lantaran Fakta-fakta yang baru terungkap, bahwa ternyata korban berinisial L tidak hanya mengalami patah tulang, namun juga mendapat tekanan dan ancaman dari berbagai pihak. Hal tersebut sudah berlangsung selama kurang lebih setahun lamanya.
Usut punya usut, diduga L mengalami pembullyan lantaran beberapa temannya tidak senang Ia terpilih menjadi model baliho sekolah pada Agustus 2022 silam. Diketahui bahwa pelaku perundungan tersebut merupakan anak dari salah satu orang penting di Sukabumi, Jawa Timur.
Diduga power yang dimiliki oleh orang tua pelaku tersebut yang membuat kasus pembullyan terhadap L hingga kini belum menemukan titik terang. Orang tua korban, berinisial DS masih terus mengungkap kasus yang dialami anaknya lewat media sosial pribadinya (Facebook dan Instagram).
Baca Juga: Berikut 8 Fakta Terkait 4 Anak Tewas di Jagakarsa Diduga Dibunuh Ayahnya Sendiri
Terungkap bahwa L didorong oleh temannya, kemudian dihimpit hingga mengalami cidera parah. Tulang lengan atas patah karena terdorong tulang tangan bagian bawah hingga berputar dan terbalik, menumpuk di tulang inti.
Alih-alih langsung dibawa ke rumah sakit, L dilarikan ke UKS oleh pihak sekolah. Diketahui, setelah kejadian tersebut pihak sekolah bukannya menghubungi orang tua L, namun malah menghubungi orang tua pelaku.
Di ruangan UKS, kepala sekolah, petugas TU, enam orang guru, dua siswa (pelaku buullying) dan orang tua pelaku menyusun skenario untuk menutupi kejadian pada hari itu. L yang sedang merinntih menahan sakit dipaksa mengingat skenario yang telah dirancang untuk nantinya Ia sampaikan kepada orang tuanya.
Sebulan setelah menjalani perawatan, L kembali bersekolah. Namun, rupanya pihak sekolah khawatir bahwa L akan membocorkan kejadian yang sebenarnya sehingga mulai dari kepala sekolah, petugas TU, Guru-guru terkait hingga orang tua pelaku terus melakukan intimidasi dan memberikan ancaman-ancaman kepada L agar Ia tetap bungkam.
Tujuh bulan berlalu, fakta sebenarnya terungkap setelah akhirnya L mengaku kepada sang ayah. Sebelumnya L dibawa oleh orang tuanya ke psikolog karena melihat Ia belakangan menjadi anak yang pendiam dan pemurung.
Atas pengakuan L, terungkap bahwa orang tua pelaku perundungan juga sering melakukan kekerasan fisik dan verbal kepada L.
Mengetahui hal tersebut orang tua L langsung melakukan laporan ke Polres kota Sukabumi. Namun hingga kini belum dilakukan penyidikan terhadap kasus bullying yang terjadi di salah sattu SD Swasta di Sukabumi tersebut. Saat dimintai keterangan oleh orang tua L, pihak sekolah beralibi bahwa tidak ada saksi dan tidak ada rekaman CCTV yang bisa menjadi bukti dari kejadian yang menimpa L tersebut.
Saat orang tua L memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain, kepala sekolah dan wali kelas L sempat mendatangi rumah L dan meminta agar L tidak dipindahkan. Pihak sekolah juga pernah berjanji akan mendatangkan psikolog khusus untuk L, namun hingga kini janji tersebut hanya omong kosong belaka. Pihak sekolah juga pernah memberikan undangan kepada orang tua L untuk menandatangani kesepakatan damai dan meminta orang tua L membuat video klarifikasi meski tak diindahkan oleh DS
Itulah ulasan yang berhasil dirangkum oleh Tim Pemuka Rakyat mengenai pembbullyan yang dialami L, anak kelas 3 SD hingga patah tulang. Karena kejadian tersebut sekolah asal L terancam disegel oleh DPRD Kota Sukabumi.***
Editor: Fredi A.