Penyebab Terkena Penyakit Jantung (Foto: Pemuka-Rakyat.com)
PEMUKA RAKYAT - Penyakit kardiovaskular (CVD), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah penyebab utama kematian secara global.
WHO mengungkapkan, diperkirakan 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular pada 2019. Jumlah tersebut mewakili 32% dari seluruh kematian global.
Dari jumlah kematian tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (P3TM Kemenkes) Eva Susanti menuturkan, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Persentasenya penyebab kematian terbanyak di Indonesia adalah stroke sebesar 19,42 persen dan penyakit jantung iskemik (serangan jantung) sebesar 14,38%.
Baca Juga: Dampak Rebahan Kaum Mageran dan Resiko Kanker Pankreas
Tidak hanya di Indonesia, kedua penyakit kardiovaskular tersebut juga, kata Eva, menjadi perhatian global karena penyakit jantung iskemik menyebabkan 16,17% kematian di dunia.
Sedangkan, penyakit stroke menyumbang 11,59% kematian.
Faktor risiko penyakit kardiovaskular adalah tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, merokok, dan obesitas termasuk dalam lima faktor risiko teratas penyebab beban penyakit di Indonesia.
Pembiayaan penyakit katastropik meningkat menjadi Rp24,06 triliun (sekitar US$1,56 miliar) pada 2022.
Kedua jenis penyakit kardiovaskular tersebut, terang Eva, merupakan penyakit dengan pembiayaan terbesar pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu sebesar Rp15,37 triliun (US$997,73 juta).
Baca Juga: Apa itu Osteoarthritis? Gejala dan Cara Pencegahan
Hanya 3 dari 10 orang dengan penyakit tidak menular yang mengetahui mereka mengidap penyakit tersebut. Sedangkan, yang lainnya tidak mengetahuinya.
Mengapa Atlet Tak Luput dari Risiko Kardiovaskular?
Artis Donny Kesuma, salah satu dari banyak nama artis yang meninggal dunia karena serangan jantung.
Sebelumnya, dia merupakan atlet sofbol Indonesia bahkan pernah membawa tim sofbol Indonesia meraih emas pada ajang SEA Games 1997.
Ini menandakan, seseorang yang tampak sehat dan bugar bisa terlepas dari penyakit mematikan ini.
Baca Juga: Penyakit GERD: Mengenali Gejala, Penyebab, dan Perbedaannya dengan Asam Lambung serta Maag
Sebuah penelitian yang dipublikasi jurnal Plos One menjelaskan, risiko kardiovaskular yang tinggi umum terjadi pada orang dewasa Indonesia yang berusia ≥40 tahun.
Nahasnya, penelitian itu menemukan, tingkat pengobatan pencegahannya terbilang rendah.
Aktif secara fisik memang langkah besar menuju kesehatan jantung yang baik. Namun, mengapa atlet juga masih terserang penyakit jantung?
Beberapa orang, termasuk atlet profesional, mungkin tampak bugar dan sehat, namun memiliki kondisi jantung yang mendasarinya.
Kondisi tersebut, membuat mereka rentan terhadap kondisi irama jantung yang tiba-tiba dan berbahaya.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Penyakit Vertigo: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
Beberapa kondisi jantung yang dapat berdampak pada individu yang sangat aktif meliputi penyakit aritmogenik yang diturunkan dan kondisi otot jantung yang diturunkan.
Selain itu juga, miokarditis, penyakit arteri koroner, arteri koroner anomali dan masalah katup jantung.
Kondisi jantung yang disebutkan di atas hanyalah beberapa di antara penyakit yang menimbulkan masalah pada atlet.
Terlepas dari kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, apakah terlalu banyak berolahraga dalam waktu singkat dapat menyebabkan masalah jantung?
Hal ini, tergantung profil seseorang misalnya berat badan, frekuensi olahraga, faktor risiko jantung, dan kondisi medis lainnya.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Tuberkulosis: Gejala dan Pengobatan
Terlalu banyak berolahraga dalam waktu singkat juga berakibat pada tekanan darah atau detak jantung menjadi terlalu cepat.
Jika seseorang menderita penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah atau melemahnya otot jantung.
Hal ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke mendadak atau memicu perkembangan aritmia.
Mengenai topik latihan yang terlalu banyak atau terlalu intens, latihan olahraga ketahanan dapat menyebabkan ketegangan jantung yang berlebihan dan meningkatkan ukuran jantung.
Misalnya saja maraton dan triatlon. Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena aritmia jantung yakni detak jantung menjadi tidak teratur.
Baca Juga: Demensia di Zaman Modern: Tantangan dan Solusi
Demikian ulasan mengapa atlet bisa terkena penyakit jantung yang berhasil dirangkum oleh Tim Pemuka Rakyat.***
Editor: Fredi A.
