Ilustrasi Film Kiblat (Foto: Pemuka-Rakyat.com)
PEMUKA RAKYAT - Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam industri perfilman di era modern ini.
Industri perfilman Indonesia menghasilkan berbagai jenis film, seperti film drama, komedi, action, horor, romantis, hingga dokumenter.
Sejumlah film lokal Indonesia memiliki basis penggemar yang kuat di dalam negeri.
Umumnya, horor merupakan salah satu genre film yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia.
Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi fenomena tersebut, yaitu kepercayaan orang Indonesia terhadap cerita lokal, mitos, dan legenda.
Baca Juga: Deretan Isu yang Diangkat dalam YouTube Rewind 2023 Hingga Trending Satu
Hal ini membuat penonton merasa relevan dengan cerita yang dibawakan film.
Beberapa film horor Indonesia telah berhasil menarik peminat di pasaran domestik maupun Internasional, salah satu contohnya Pengabdi Setan (2017) karya Joko Anwar.
Meski maraknya peminat film horor, rupanya beberapa netizen menyuarakan kontra terhadap produksi film horor yang dianggap melenceng.
Pasalnya, kini pasar perfilman Indonesia banyak fokus terhadap film horor yang mengeksploitasi hal-hal yang berkaitan dengan ibadah Islam.
Beberapa film horor Indonesia yang mengangkat tema ibadah bagi umat Muslim, di antaranya seperti Makmum, Munkar, Munafik, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Menggali Lebih Dalam Mengenai Food Estate di Indonesia: Potensi dan Kontroversi
Film Kiblat, merupakan film horor yang menjadi buah bibir warganet Akhir-akhir ini.
Meski belum resmi dirilis di layar lebar, film garapan Bobby Prasetyo itu sudah mendapat banyak tanggapan buruk dari warganet.
Hanya dengan melihat poster film yang beredar, sejumlah warganet menilai film horor tersebut terlalu melenceng lantaran mempermainkan ibadah salat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun belum memberikan izin untuk penayangan film Kiblat di layar lebar.
MUI menganggap film tersebut sangat menyimpang dari ajaran Islam sebab visual dalam poster yang memperlihatkan seseorang yang sedang shalat, namun tidak menghadap ke arah ka'bah.
Baca Juga: Keajaiban Polar night: Saat Matahari Tidak Muncul di Cakrawala
Selain itu, gambar dalam poster film terlihat menyeramkan, namun anehnya diberi judul Kiblat.
Banyak film horor dalam Negeri yang menggambarkan simbol Islam secara negatif.
Hal demikian membuat publik terpengaruh oleh stigma simbol Islam seperti malam Jumat hingga kain kafan merupakan sesuatu yang menyeramkan, sementara itu merupakan Hal-hal yang mulia.
Sebaiknya produser film tidak lagi menciptakan konteks horor terhadap Simbol-simbol dalam Agama.
Film-film horor yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan justru menimbulkan ketakutan yang lebih dalam akan melakukan hal tersebut.
Baca Juga: Perjalanan Menakjubkan Orang Albino di Indonesia: Mengatasi Tantangan dan Menemukan Identitas
Beragam komentar netizen pun membanjiri cuitan bahwa mereka enggan untuk menonton film horor sejenis Kiblat karena merasa “parno” saat melaksanakan shalat.
Sementara itu, film Kiblat sudah dijadwalkan untuk tayang pada awal 2024, namun rupanya belum mendapat izin tayang dari Lembaga Sensor Film (LSF).
Salah satu syarat bagi rumah produksi agar dapat menayangkan film mereka di layar lebar adalah dengan mendapat keterangan lulus sensor dari LSF.
Film itu diketahui masih belum berhasil lulus sensor sehingga belum mendapat izin tayang hingga saat ini.
Film Kiblat masih dalam tahap peninjauan untuk menentukan apakah film tersebut layak untuk tayang.
Baca Juga: Kisah Emosional di Balik Lagu 'Keluarga' Yura Yunita untuk Glenn Fredly The Movie
Adapun beberapa faktor lain yang membuat film tersebut belum dapat ditayangkan. Maka dari itu, hingga saat ini LSF masih menunggu pihak produser untuk mengoreksi film Kiblat agar dapat ditinjau kembali dan mendapatkan keterangan lulus sensor.
Oleh karenanya, film Kiblat masih belum memiliki tanggal kepastian untuk tayang.
Itulah ulasan kontroversi film Kiblat yang berhasil dirangkum oleh Tim Pemuka Rakyat.***