PEMUKA RAKYAT - Samaria Ayanle (19) terakhir terlihat di dekat universitasnya di Marble Arch, Inggris pada dini hari tanggal 22 Februari 2024 waktu setempat.
Beberapa jam kemudian, jenazah mahasiswa tahun pertama Jepang dan sejarah seni itu ditemukan di dekat Dermaga Putney, lima mil jauhnya dari asrama SOAS ( Sekolah Studi Oriental dan Afrika) University of London.
Setelahnya, masyarakat menghubungi polisi setelah penemuan mayat tersebut.
Petugas kepolisian melakukan tes sidik jari, namun hasilnya negatif. Polisi juga menjelaskan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan, tidak ada barang pribadi yang ditemukan.
Dari laporan orang hilang ke kepolisian pun tidak ada yang cocok dengan jenazah tersebut.
Sebab, Samaria Ayanle tidak dilaporkan hilang oleh universitasnya. Baru lebih dari dua minggu kemudian pada tanggal 8 Maret 2024, pihak Universitas membuat laporan.
Baru pada Selasa (12 Maret 2024) mengajukan banding.
Banyak Kecaman Atas Lambatnya Identifikasi
Teman-teman Samaria Ayanle mengecam sikap lambat kepolisian dan Universitas yang dibagikan di Instagram Have You Seen Samaria.
"Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan telah mempersulit upaya menemukan Samaria," tulis teman-temannya dalam story yang dibagikan kurang dari 24 jam tersebut.
Ini adalah situasi duka bagi keluarga dan orang-orang terkasihnya," lanjut mereka.
Akun Instagram Have You Seen Samaria dikelola oleh enam mahasiswi Universitas SOAS.
Pernyataan tersebut melanjutkan: "Namun, Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk memastikan keselamatan telah mempersulit upaya menemukan Samaria."
“Ini adalah situasi duka bagi keluarga dan Orang-orang terkasihnya.”
Black Lives Matter UK, yang diposting di X juga mengecam kejadian tersebut.
Organisasi itu menyebut, orang kulit hitam lebih mungkin dilaporkan hilang.
"Dan, ketika mereka dilaporkan hilang, kasus mereka tidak ditangani dengan tingkat perawatan atau pertimbangan yang sama oleh pihak berwenang," ungkap Black Lives Matter UK.
Ditambahkan, "Berita kematian Samaria Ayanle adalah pengingat yang tragis akan hal ini. Semoga dia beristirahat dengan damai."
Sedangkan seorang siswa mengatakan kepada Evening Standard, kabar tersebut sangat mengejutkan.
"Dia tampak sangat baik dan manis, tidak ada di antara kami yang tahu apa yang harus kami lakukan. Perlu ada penyelidikan penuh," ujar seorang mahasiswa.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan "Pikiran kami ada pada mereka dan kami akan mendukung mereka di masa sulit ini."
Dia menambahkan: "Setelah Samaria dilaporkan hilang, petugas mengaitkan penyelidikan mereka dengan penemuan tanggal 22 Februari pada hari Rabu, 13 Maret."
Mereka telah melihat video yang dikenakan di tubuh sejak saat itu dan yakin orang yang ditemukan adalah Samaria. Identifikasi formal menunggu.
“Kematian Samaria dianggap sebagai hal yang tidak dapat dijelaskan, menunggu penyelidikan lebih lanjut.”
Menurut selebaran orang hilang, Samaria Ayanle terakhir kali terlihat mengenakan Somali hitam putih bergaya kaftan dengan jubah dan jaket Afghan.
Samaria Ayanle lahir pada 10 November 2004 dengan etnis Black African. Dia memiliki rambut hitam dan keriting serta tinggi 5'8 inch.
Klarifikasi Pihak SOAS University
Seorang juru bicara SOAS menyampaikan, mereka sangat sedih mendengar bahwa polisi telah menemukan mayat yang diyakini milik Samaria Ayanle.
Samaria Ayanle merupakan mahasiswa tahun pertama di SOAS University of London. Dia mengenyam pendidikan untuk gelar BA dalam Bahasa Jepang dan Sejarah.
“Pikiran kami bersama keluarga, orang-orang terkasih, dan teman-temannya di masa sulit ini," lanjut juru bicara SOAS University of London itu pada 13 Maret 2024.
Pernyataan itu dibagikan di laman resminya. Pihak Kampus juga mendesak anggota komunitas SOAS yang terkena dampak berita ini untuk menghubungi jika membutuhkan dukungan.
Sehari setelahnya, pihak Universitas memberikan klarifikasi lanjutan.
"Ketika kematian tragis seperti ini terjadi, kami tahu bahwa masyarakat akan memiliki banyak pertanyaan untuk memahami apa yang telah terjadi," tulis keterangan Universitas.
Disebutkan, mereka menunggu kesimpulan dari penyelidikan polisi untuk memberikan jawaban atas Pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dilanjutkan, mereka akan menjaga privasi Samaria Ayanle.
"Untuk menghormati kerahasiaan Samaria, kami tidak dapat membagikan rincian langkah-langkah yang kami ambil kepada siswa yang menghubungi kami," lanjut keterangan SOAS University.***
Editor: Fredi A.
